Gagal ginjal adalah salah satu penyakit ginjal yang belakangan ini traffiknya angka kejadiannya semakin meningkat. Hal ini bisa terlihat dalam bertambahnya jumlah pasien penyakit gagal ginjal kronis di ruang perawatan di berbagai rumah sakit. Dan juga kita bisa melihat pada tempat pelayanan cuci darah (hemodialisa) yang banyak juga.
Gagal ginjal adalah merupakan penyakit yang menyerang organ penting dalam tubuh kita yaitu ginjal. Padahal fungsi ginjal ini untuk tubuh adalah banyak. Bila fungi ginjal ini menurun karena adanya gagal ginjal kronik maka tentunya fungsi tubuh juga menurun. Untuk kali ini Blog Keperawatan akan sharing sedikit mengenai penyakit gagal ginjal terutama adalah gagal ginjal kronis.
Berikut beberapa pengertian gagal ginjal kronis menurut beberapa literatur dan diantaranya yaitu :
- Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
- Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Demikian tadi adalah beberapa pengertian serta definisi penyakit gagal ginjal kronis. Setelah kita mengetahui apa yang dimaksud dengan gagal ginjal maka berikutnya adalah mengenai patofisiologi gagal ginjal dan terutama patofisiologi gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR ( Glomerularus Filtration Rate ) yang tersisa dan mencakup dari :
- Penurunan cadangan ginjal. Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolik. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi ginjal.
- Insufisiensi ginjal. Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolik dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis
- Gagal ginjal yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
- Penyakit gagal ginjal stadium akhir. Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolik dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal.(Corwin, 1994)
- Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
- Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
- Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
- Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
- Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
- Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
- Nefropati toksik
- Nefropati obstruktif (batu saluran kemih). (Price & Wilson, 1994)
- Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan laboratorium darah dan juga laboratorium urine. Pada pemeriksaan laboratorium darah yang kita perksa antara lain : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin). Sedangkan pada pemeriksaan urine yang kita periksa antara lain yaitu : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
- Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan EKG ini digunakan dalam rangka melihat gambaran mengenai hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
- Pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG ini dilakukan untuk dapat menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate.
- Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang digunakan untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal kronik ada beberapa macam. Macam pemeriksaannya yaitu : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.