Kualitas Kwantitas Tidur. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan sebagai aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita yang kita gunakan untuk tidur dan beritirahat. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian melakukan berbagi aktifitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
Secara umum pengertian kualitas adalah tingkatan baik buruknya sesuatu. Sedangkan kwalitas adalah berkaitan erat dengan jumlah. Maka bila dihubungkan dengan kebutuhan tidur maka kualitas tidur adalah baik serta buruknya proses tidur tersebut, sedangkan kwantitas tidur karena berhubungan dengan jumlah maka hal ini lebih menitikberatkan kepada berapa jam waktu tidur kita untuk beristirahat.
Kebutuhan tidur manusia dewasa dalam seharinya yang kita kenal adalah berkisar kurang lebih selama 8 jam. Dengan kita beristirahat dan terpenuhi akan kualitas tidur dan juga dalam kwalitas tidur maka produktifitas kita dalam melaksanakan pekerjaan serta aktifitas kita sehari-hari akan lebih baik dibanding dengan orang yang kualitas kwantitas tidurnya berkurang.
Nah berikut ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas kwantitas tidur kita dan diantaranya yaitu :
- Lingkungan. Faktor lingkungan dalam hal ini dapat membantu dan juga sekaligus menghambat berjalannya proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur yang baik. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut : temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu maka individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.
- Penyakit. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang menderita sakit atau penyakit akan membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya, di samping hal tersebut, siklus bangun-tidur (pola tidur) selama sakit juga dapat mengalami gangguan dan perubahan.
- Kelelahan. Kondisi tubuh yang mengalami kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur bagi seseorang. Semakin lelah seseorang, makan akan semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang seperti semula.
- Stress emosional. Kecemasan dan juga depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas ini akan dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simpatis. Kondisi hal ini akan menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga pada saat tidur
- Diet. Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga dan terbangun di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
- Gaya hidup. Seseorang yang seringkali berganti jam kerja harus bisa mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat dan mendapatkan kualitas serta kwalitas tidur yang baik.
- Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Hal ini berakibat pada perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
- Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (ex : meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
- Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.